SAY A-LOHA!!

Rahmadani Marta. Rahma or Ama or Mamatut. 16 years old. 1 SHS of Pekanbaru. Grade 11. Let's make a friend!

Wednesday, June 30, 2010

PKL KE TEMBILAHAN (Part 2)

Ini sambungannya hehehe.. *gapenting*

Terus, perjalanan dilanjutkan sampai penginapan. Wiw, kita udah ribut aja, siapa yang mau sekamar, dan siapa yang ntar mandi duluan. Secara badan kita udah lengket aja gitu loh. Rambut lepek lagi. Parah deh. Akhirnya saya memutuskan untuk sekamar dengan Iche, Sathia, Rani, dan Icha. Kami tergolong nekat itu sekamar berlima. Karena nginep nya di wisma bukan hotel. Ha ha miris ya --"

Tiba di penginapan, kita langsung tepar semua. Terus pada mandi satu-satu. Mulai terjadi keanehan disini. Di kamar mandi, terdengar suara-suara seperti teriakan, bunyi hewan, dan sebagainya. Kita berpendapat itu adalah suara rumah sebelah. Lalu, Sathia berkata bahwa ia mendengar suara televisi dari kamar sebelah kanan, kamarnya Ubai dkk. Kami berpikir, pastilah mereka menghidupkan tivi dengan volume kuat.

Pas kita udah selesai mandi semua, ada ketukan di pintu. Eh pas dibuka, ngga ada siapa-siapa. Kita udah mulai takut aja. Tapi tetap mencoba positive thinking dengan berpikir bahwa ketukan itu ada hasil keisengan kamar sebelah. FYI, kamar sebelah kanan dihuni oleh Ubai, Razif dan Yudha; sedangkan di sebelah kanan Ezra dkk.

Tersangka pertama adalah, kamar sebelah kanan, karena mereka sekelas dengan kami, jadi keisengan antara kami adalah hal yang biasa. Tersangka kedua, tentu kamar sebelah kiri. Kami tidak terlalu mencurigai mereka, karena mereka beda kelas dan kami juga tidak terlalu akrab. Palingan hanya Sathia yang satu SMP dengan Ezra dulunya. Kami mencoba bertanya pada Ubai dkk. Mereka menjawab "Bukan kami" dengan tampang meyakinkan. Setelah ditanya pada tersangka kedua a.k.a Ezra, dia menjawab "bukan". Kami ketakutan. Tapi akhirnya... si Ezra ngaku juga. KAMPRET! Akhirnya permainan ketuk-pintu-langsung-lari menjadi trend di wisma lantai atas.

Oh ya. Kami juga bertanya pada Ubai dkk, soal televisi yang mereka hidupkan kuat-kuat itu. Ternyata, saat Sathia mendengar itu, Ubai dkk sedang tidak ada di kamar. Mereka semua keluar. Dan televisi dimatikan. So.. suara televisi mana itu?

Malam itu kami diajak makan malam sama Bupati Tembilahan. Lumayan, makanannya enak-enak, hehehe. Tapi berhubung saya ga kuat pedas, jadi cuma makan dikit. Huhu kasiaaan deh saya. Di rumah makan ini saya dilanda heart attack, karena ada kucing yang ikutan makan di dekat kita. Aww, saya kan phobia berat sama kucing. Akhirnya teman saya menjadi tameng buat saya. Tapi tetep, saya makan ga tenang.

Habis makan, si Bupati nyanyi-nyanyi gitu bareng guru. Kita udah bosan aja, akhirnya mutusin keluar rumah makan, dimana orang-orang pada nobar bola. Waktu itu Italia versus New Zealand, kalau tidak salah. Abis dari rumah makan, kita langsung pulang ke penginapan. Dan terjadilah permainan ketuk-pintu-langsung-lari, lagi.

Oh ya, selain permainan ketuk-pintu-langsung-lari itu, ada juga permainan "Mamatut". Err.. Mamatut adalah suatu random word yang di ciptakan oleh Rani. Rani, kami panggil dengan Mamatut Bos atau Mamatut Asli. Sedangkan Ezra, kami panggil dengan Mamatut Sebelah atau Mamatut Tetangga. Kami sendiri kadang saling memanggil dengan Mamatut 1, Mamatut 2, dan seterusnya. Waw, berasa agen loh. Ah, abaikan paragraf ini.

Malam itu, Rani berencana membuat video "Alone in The School Part 5". FYI, Alone in The School adalah suatu video yang diciptakan oleh Heyder. Pertama dibuat saat latihan ED malam-malam. Dan.. emang ada kejadian aneh saat merekam itu. Rekamannya ga bisa ditonton, tapi hanya beberapa detik. Setelah itu normal kembali. Ada juga yang di-skip. Yah.. gitu deh. Balik ke Rani. Tapi ternyata si Rani udah ngantuk duluan dan.. dia tewas tertidur. Yee! Omdo mah.

Esok paginya (Senin), kami diundang ke kantor Bupati. Sejak awal, guru-guru udah mengingatkan untuk menjaga wibawa sekolah. Tapi.. sepertinya saya dan kawan-kawan ga bisa melaksanakan amanat dari guru kami tercinta. Saya dan Sathia, saat wakil dari bupati menjelaskan ini itu, malah membuat menara dari kotak makanan dan gelas aqua. Freak? Yeah.. maybe.

Setelah dadah-dadahan pada Bupati yang pergi menaiki helikopter, kami langsung menuju SMAN 1 Tembilahan. Disana kami disuguhi pentas menarik dari siswa-siswi nya. Dari SMAN 1 Tembilahan, kami melaju ke Pantai Solop. Namun sebelumnya kami harus menaiki speedboat, untuk menyeberangi lautan. Sampai di Pantai Solop, kami hanya bermain sebentar, makan siang, lalu balik lagi ke Tembilahan. Sungguh melelahkan. Kami pulang ke penginapan, dan langsung mandi.

Setelah solat Magrib, kami semua pergi ke PJ (Pasar Jongkok). Yah.. semacam pasar emperan gitu. Oh ya. Ada satu fakta yang kami temukan. Di sebelah penginapan kami, tidak ada rumah warga. Yang ada hanya lapangan kosong. So.. suara siapa dan apa yang kami dengar di kamar mandi?

Di PJ, Iche membeli jam tangan untuk adikknya, sedangkan Sathia membeli jilbab untuk ibunya. Saya? Tidak beli apa-apa. Karena saya ga bisa belanja tanpa mama saya, hohoho.

Nah, puas belanja, kami balik lagi ke penginapan. Karena besok jadwalnya kami pulang, di jalan kami singgah untuk membeli snack buat dimakan di bus. Sampailah kami di penginapan. Kami kembali bermain ketuk-pintu-langsung-lari. Dan untuk mengabadikan, kami berfoto-foto sejenak. Malam mulai larut, kami memutuskan untuk tidur.

Saya sudah menutup mata, tapi masih terjaga. Alias tidur ayam. Saya mendengar dengan jelas, Rani berkata, "Aku mau Alone in The School ah,". Lalu saya juga membuka mata sedikit, dan melihat Rani berjalan memutari kamar kami. Lalu terdengar pintu kamar dibuka. Rani keluar kamar rupanya. Nah, sejak itu, tidur saya sudah hampir pulas. Dan tiba-tiba..

DUK DUK DUK! Jendela kamar kami diketuk keras sekali. Saya terbangun. Sathia yang sudah pulas pun terbangun, ia marah-marah. "Siapa sih yang ganggu malam-malam?!". Lalu Sathia membuka pintu, dan ternyata yang mengetuk jendela tadi Rani. Rani berkata bahwa pintu kamar terkunci. Nah loh. Padahal, kami udah tidur semua. Rani keluar kamar, meninggalkan kami yang sudah hampir pulas semuanya. So.. siapa yang ngunci? Sampai, situ, saya tidur dan tak bangun-bangun sampai jam 6 pagi.

Selasa pagi. Waktunya pulang. Kami bergantian mandi. Saat itulah, Rani bercerita bahwa ia terkunci DUA KALI di luar. Dua kali? Yang saya tau hanya sekali. Rani merengut heran. Dia bercerita...

"Kemaren, aku terkunci dua kali. Pertama, pas aku keluar kamar, pas mau masuk, eh kekunci. Terus aku gedor-gedor jendela. Sathia bangun, marah-marah, terus bukain pintu. Aku masuk kamar. Aku ga dengar ada yang ngunci pintu tadi. Terus, jam 12an, aku keluar lagi. Karna ada ribut-ribut di bawah, rupanya kakak kelas pada ngasih surprise buat Kak Ulfa yang ulang tahun. Pas aku naik lagi, pintu terkunci lagi. Aku gedor-gedor pintu sama jendela, ga ada yang bukain pintu. Akhirnya Vero, Bang Awi, Gilang, sama Ejak datang. Nanya ngapain aku di luar. Aku bilang aku kekunci. Mereka bantu gedor-gedor. Terus kami liat, jendela tuh gordennya kebuka, ada Icha ngeliat keluar, tapi langsung nutup gorden lagi. Kami gedor-gedor lagi, terus pintu dibuka sama Iche. Demi Allah, aku, Vero, Bang Awi, Gilang, sama Ejak liat KALIAN SEMUA BANGUN. Icha bangun, duduk, sambil bilang "Janganlah ganggu aku" abis itu tidur lagi. Sathia bangun, garuk-garuk kepala, terus tidur lagi. Ama (Rahma, red) bangun, duduk bentar, tidur lagi. Iche, bangun bukain pintu, terus tidur di pojokan kasur, trus baru tidur di tempat semula. Aku liat semuanya BANGUN."

Waw. Asli, cerita Rani bikin kami merinding. Soalnya, TAK ADA SATUPUN dari kami yang merasa dirinya terbangun malam itu. Kalau hanya satu dua orang yang tak sadar, okelah. Ini kami semua tak sadar. Is it possible? No, i think it's not. Dan lagi, Rani bilang kami bangun dengan mata terbuka. Kalau saya pribadi, bangun dengan mata terbuka, pasti ada yang saya ingat. Tapi, tidak! Tak ada satupun yang saya ingat malam itu.

Kami bertanya pada saksi mata. Ya, mereka memang bilang kami semua terbangun. Bahkan mereka mengatai kami jahat, karena mengunci Rani di luar sendirian. Ya ampun.. kami beneran heran!

Lalu, pagi nya saat saya bangun, saya menemukan handphone saya diatas kasur Icha dan Rani, dalam keadaan menyala. Sinyalnya juga menyala. Dan dalam keadaan Low Battery. Loh? Perasaan, tadi malam, saya matikan sinyal sekaligus handphone saya, demi menjaga batrenya yang udah tinggal setengah bar. Masalahnya, colokan listrik hanya ada satu. Jadi kami nge charge hape ganti-gantian. Makanya, begitu tau hape saya udah nyaris kritis, saya matikan saja. Eh, gataunya pagi-pagi udah hidup. So.. siapa yang ngidupin?

Ah ya. Rani juga bercerita. Saat selesai mandi pertama kali, Rani memasukkan kembali sabun serta sampo nya ke dalam tas mandi, lalu ia tarok di luar kamar mandi. Esoknya, saat dia mau mandi, sabun dan sampo nya sudah terletak manis di kamar mandi. So.. siapa yang mindahin?

Setelah itu kami pulang ke Pekanbaru, berangkat sekitar jam 10 pagi. Kami singgah dulu di pabrik Koko Nako. Kami sampai di Pekanbaru sekitar jam 7 malam.

Perjalanan PKL kali ini, menyisakan pertanyaan-pertanyaan tak terjawab buat kami.

1. Suara apa dan siapa saat kami berada di kamar mandi?
2. Siapa yang mengunci Rani di luar kamar?
3. Siapa yang menghidupkan handphone saya?
4. Siapa yang mindahin sabun dan sampo Rani?

PKL kali ini, menambah pengalaman kami.

Oh ya, saya lupa. Kamar kami, Kamar 22, menang dalam kategori kamar terbersih loh! Hehehe.

Udahan deh. Capek ngetik. Sori kalo ga jelas ya..

WASSALAMUALAIKUM!


cheers,

Rahma

4 comments:

  1. Kak Rahma, serem ih... tapi seru.. Itu beneran kak ? Seru sih seru, tapi serem nya itu lo...

    ReplyDelete
  2. iya serius loh vy.. brr aku aja merinding..

    ReplyDelete
  3. makanya kau baca malam malam siiih...

    ReplyDelete