SAY A-LOHA!!

Rahmadani Marta. Rahma or Ama or Mamatut. 16 years old. 1 SHS of Pekanbaru. Grade 11. Let's make a friend!

Tuesday, August 31, 2010

HARRY POTTER AND THE HALF-BLOOD PRINCE

Assalamualaikum!

Hello, readers. Err, oke, saya minta maaf karena nge post blog nya telat. Yah, gimana sih, godaan banyak banget -_- ya twitter, kuis-kuis di twitter, pet society... banyak lah. Jadi saya ngga update-update blog deh. Ga bertanggung jawab ya? He eh emang, salahin aja yang punya blog ya. Jangan salahin saya (?)

Okay, janjinya kemaren saya ng-update tentang karakter favorit saya, part 2 ya? Saya tunda dulu ya, karena saya mau ng-update yang lain nih, tentang film yang baru aja saya nonton, tapi orang lain udah nonton duluan (._.), nih dia:


Yak, Harry Potter and The Half-Blood Prince. Film yang udah tayang lama ini baru saya tonton sekarang gitu loh -_- yasudah lah, lanjut ke cerita yuk yuk yuk... (WARNING: SPOILER!)

Film dimulai dengan Harry yang masih agak shock dengan kematian Sirius Black, ayah wali sekaligus sahabatnya dan ayahnya. Dimulailah cerita Harry yang dihibur oleh kedua sahabatnya, Ron dan Hermione, serta kepala sekolahnya, Albus Dumbledore.

Oleh Dumbledore, Harry diajak mengunjungi rumah seorang mantan guru di Hogwarts, Horace Slughorn. Lelaki tua ini pengagum ibu Harry, Lily Potter (Evans), yang notabene Muggle-born. Ternyata Dumbledore ingin mengajak Slughorn untuk kembali mengajar di Hogwarts sebagai guru ramuan, menggantikan Severus Snape yang mengganti posisi Alastor Moody sebagai guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam (PTIH). Awalnya Slughorn menolak, tapi karena ia tertarik dengan Harry, ia pun memutuskan kembali ke Hogwarts dengan sederet syarat.

Tahun keenam Harry di Hogwarts pun dimulai. Harry belajar seperti biasa dengan teman-temannya, Ron dan Hermione. Saat ia memasuki kelas Ramuan, Harry mendapat sebuah buku yang bertuliskan "Buku ini Milik Pangeran Berdarah-Campuran" atau "This Book is the Property of the Half-Blood Prince". Ternyata di dalam buku itu, sudah terdapat berbagai catatan kecil tentang ramuan. Harry yang ditugaskan membuat sebuah ramuan, tertolong karena adanya catatan itu. Harry akhirnya berhasil membuat ramuan yang diperintahkan, dan mendapat hadiah berupa sebotol Felix Felicis--cairan keberuntungan.

Tanpa diduga, ternyata Dementor telah bersekutu dengan Death Eater untuk mengabdi pada Voldemort. Harry ditugaskan mencari dan menghancurkan Horcrux-nya Voldemort oleh Dumbledore. Horcrux adalah suatu benda yang memiliki jiwa pemiliknya. Horcrux Voldemort berjumlah tujuh buah, artinya Voldemort memiliki jiwa yang berada di tujuh benda.

Horcrux pertama dicari dengan susah payah oleh Harry dan Dumbledore. Setelah didapat, Harry dan Dumbledore kembali ke Hogwarts dengan keadaan Dumbledore yang agak lemah dan kacau. Saat itulah, datang Draco yang akan membunuh Dumbledore. Tapi Dumbledore tau Draco tak akan berani membunuhnya. Sampai datanglah Bellatrix Lestrange, Fenrir Greyback dan dua Death Eater lain. Bella terus menyuruh Draco untuk membunuh Dumbledore, tapi entah kenapa Draco tak bisa melakukannya. Kemudian datang Snape. Pada akhirnya, Snape-lah yang membunuh Dumbledore.

Snape mengaku pada Harry bahwa ialah Half-Blood Prince. Harry kaget, dan berusaha membunuh Snape, tapi tentu saja ia tak berhasil. Snape pun tak mau membunuh Harry, karena ia tau Harry adalah bagiannya Voldemort. Maksudnya, yang berhak membunuh Harry hanyalah Voldemort.

Film ditutup dengan ketiga sahabat; Harry, Ron dan Hermione yang berdiri di menara Astronomi, tempat dibunuhnya Dumbledore. Harry mengetahui bahwa Horcrux yang telah diambilnya itu palsu, dan terdapat surat dari seseorang berinisial R.A.B didalamnya, yang mengatakan bahwa Horcrux asli ada padanya.

Seri keenam Harry ini juga mengangkat unsur romance nya loh. Seperti Harry yang cemburu pada Dean Thomas yang notabene adalah pacar Ginny. Dan Hermione yang cemburu pada pacar baru Ron, Lavender Brown. Ada juga sedikit keromantisan dari Remus Lupin dan istrinya, Nymphadora Tonks.

Yak, kira-kira gitulah. Sekarang giliran opini saya boleh? Bolehlah~

Menurut saya, Draco Malfoy itu ngga jahat. Lihat aja, betapa dia susah untuk mengucapkan spell "Avada Kedavra" untuk membunuh Dumbledore. Sampai nangis loh dianya! Kalo kata saya sih, dia terpaksa mengabdi pada Voldemort karena ia terpilih menjadi Death Eater. Hiks, sudah saya duga kamu orang baik, Draco *sesenggukan*

Terus.. kalo kata saya ya, R.A.B itu Regulus Black. A-nya saya ngga tau sih. Tapi saya yakinnya begitu. Tapi kabarnya Regulus udah meninggal, jadi saya ngga tau deh kelanjutan ceritanya. Mau baca novelnya, ada di Bandung, di kosan kakak saya. Ck, dilema *curcol*

Oh iya, di film ini juga, banyak flashback tentang Tom Riddle alias Voldemort saat kecil dan remaja. Yah, bukan flashback sih, intinya Harry melihat kisah lalu Tom Riddle dengan Pensieve.

Ah udah deh, lagi males ngetik. Cape. Saya ga berani janji deh kapan saya bakal update lagi. Kalau saya mood deh ya! :p Okay, see ya soon, readers! ^^

WASSALAMUALAIKUM!


Cheers,

Rahma

Wednesday, August 18, 2010

MY FAVORITE CHARACTERS OF HARRY POTTER | Part 1

ASSALAMUALAIKUM!!

Hallo, all. Sesuai janji, saya akan nge posting tentang karakter favorit saya di HP Series. Okay, sebenarnya janjinya kemaren sih, tapi baru terlaksana sekarang, haha. Maafkanlah hamba *apadeh*

Karakter favorit saya cukup banyak. Oke, banyak banget malah, haha. Makanya saya bagi postingannya menjadi dua part (bahkan mungkin lebih), hohoho. Ga penting? Biar deh, blog-blog saya juga.. Lanjut deh, aha.

Saya suka sama Harry James Potter, pemeran utama film ini. Harry itu anaknya pemberani dan kuat. Buktinya aja, dia bisa menang melawan Voldemort. Harry disebut-sebut sebagai Anak-Yang-Hidup (Boy-Who-Lived) karena dengan ajaibnya dia bisa bertahan dari sihir kuat Voldemort. Harry memiliki mata hijau warisan dari ibunya, dan bekas luka seperti tanda petir di dahinya. Berikut penampakannya:


Yeah, he WAS cute, wasn't he? Tapi makin lama makin ganteng gitu deeeeh :3 Yang meranin Harry ini, namanya Daniel Radcliffe. Ini penampakannya:


Ganteng yah.. Matanya itu loh, ga nahaaan, hahaha. Bibirnya juga tipis, cakep deeeh :)) Lanjut deh...

Saya suka Hermione Jane Granger. Soalnya dia cantiiik banget. Dan lagi, dia juga cerdas banget, meski kesannya terlalu terobsesi terhadap nilai-nilainya. Tapi meskipun terobsesi gitu, dia tetep berani melawan Voldemort. Mangstap daah.. Hermione mempunyai ciri khas, yaitu rambut cokelat keriting yang mengembang. Penampakannya:


Cantik banget yaaa, ngiri deh.. Tapi mau tau siapa yang lebih cantik dari Hermione? Check these pictures below:


Gimana, gimana? Cantik banget kan ya? Yeah, she's Emma Watson, the actress who played Hermione Granger in HP Series. Next...

Saya suka Ronald Bilius Weasley, atau Ron Weasley. Meskipun Ron terlihat sangat penakut dan canggung, sesungguhnya dia itu pemberani sekali. Bisa diambil contohnya di film HP 1, Ron mau menerima resiko saat dia, Harry dan Hermione bermain catur raksasa. Pokoknya Ron itu sebenarnya awkay banget! :D Dan ternyata ada juga loh, yang naksir sama dia, yaitu Lavender Brown dan Hermione. Ciri khas Ron adalah rambutnya yang berwarna merah (yang juga ciri khas Keluarga Weasley). Oh iya, menurut saya ya, senyumnya Ron itu juga khas banget. Bisa dilihat di foto-foto berikut:


Lucu yaaaa :) Meski ga gitu ganteng, tapi entah kenapa saya suka aja ngeliat dia. Senyumnya beda dari yang lain, hahaha. Lucu. Di balik Ron Weasley, adaaaaa:


Yup, Rupert Grint! Oh God his face is so funny! Haha, i love his red hair, and also his smile ^^ Lanjuuut....

Saya suka Draco Malfoy. Roke, eh, oke, mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa saya suka sama tokoh antagonis seperti dia. Draco memang jahat di tiap film HP. Tapi di balik kejahatan dia itu, sedikit-banyak tersimpan pribadi lain Draco yang--menurut saya--menggemaskan. Seperti di HP 3, saat Draco diserang Buckbeak, Draco menangis dengan segala kelebaiannya. Haha, menurut saya sih itu lucu sekali. Terus, sebenarnya Draco kan ga jahat. Dia jadi Death Eater karena terpaksa dipilih sama Volde--err, Dia-Yang-Namanya-Tak-Boleh-Disebut. Waktu mau bunuh Dumbledore aja dia nangis coba. Yah, selain itu saya juga suka sama dia karena gantengnya sih ^^ Draco mempunyai rambut keperakan yang di awal-awal film, selalu disisir klimis ke belakang. Tapi sekarang udah ngga dong, pake poniii ^^ Penampakan:


Oh God, does he look really HOT and AWESOME?! Yea, he does! Apalagi foto terakhir! Aaaaa, ganteng bangeeeet.. Let's see the pictures of a man who played as Draco Malfoy. Take a deep breath, or maybe you'll get heart attack or hard to breathing ^^ LOL. Just see it:


KYAAAAAA!!!!! Ganteng banget nget ngeeeeeet!! Dialah Thomas Andrew Felton, atau Tom Felton. Lihat deh, dia ganteng banget yak? Foto terakhir itu favorit saya. Guanteng tenan sih ^^ Saya dan teman-teman saya pada sakau nih liat foto-fotonya dia. Ganteng banget sih ah! Hahaha. Oh iya, selain mendalami akting, Tom juga nyoba-nyoba nyanyi nih. Dan opini saya setelah mendengar lagunya, err.. Tom bagus kok kalo nyanyi. Tapi lebih bagus lagi kalau ngga usah nyanyi, a-ha. Tapi Tom kalo main gitar keren kok seriusan ^^ Selanjutnya yaa..

Saya suka Ginevra Molly Weasley a.k.a Ginny Weasley. Yup, the only one girl in Weasley Family (Molly Weasley ga diitung yah, kan GIRL not WOMAN ^^). Saya suka dia.. kenapa ya? Mungkin karena dia tipe orang baik. Dan cantik juga. Dan pemberani juga. Pokoknya saya suka deh, hahaha. Ciri khasnya, tentu saja, RED HAIR! Yeah, because she's Weasley ^^ Penampakan:


Err.. rambutnya keliatan cokelat ya? --" Padahal sih di film agak kemerah-merahan gitu kok, aha. Lanjut deh, kita lihat siapa di balik Ginny ini, hohoho. This is it--err, her:


She's Bonnie Wright. Cantik ya cantik yaaa :D ngga kalah cantiknya sama Emma Watson :) kalo si Bonnie ini aku liat lebih imut, hahaha.

Awkay, kayanya belum bisa lanjut ke part 2 nih. Udah keburu malam. Dan udah keburu dimarahin. Dan udah keburu ngantuk. Maybe i'll post the part 2 tomorrow ^^ See ya soon, readers!


WASSALAMUALAIKUM!


Cheers,

Rahma

Monday, August 16, 2010

HARRY POTTER FREAK AT THIS MOMENT! (AND I HOPE FOREVER, HAHA)

ASSALAMUALAIKUM!

Hello, all. Saya kembali nih. Ada yang kangen?

*pletak*

Wow, ajaib. Seperti ada yang melemparkan biji kurma ke arah saya. Mentang-mentang bulan puasa ya, yang dilempar biji kurma.. Eh, ga penting nih. Lanjut deh.

Postingan kali ini, entah kenapa saya pengen ngebahas tentang Harry Potter. Tau Harry Potter kan? Yak, itu loh, film yang ada anak kecil, yang dikutuk sama ibunya jadi batu. He? Itu mah Malin Kundang ya, hahahaha lucu banget sih saya (--_--)

Oke, serius nih. Pasti semuanya tau Harry Potter dong. Yak, film yang diangkat dari novel, tentang kisah penyihir cilik (yang sekarang udah ga cilik lagi dongs) bernama Harry Potter, yang pernah selamat dari kutukan maut You-Know-Who, atau Lord Voldermort.

Yeah, film ini lagi trend banget nih. Secara, November ini akan dirilis film terakhir part 1-nya. Sedangkan part 2 mungkin akan dirilis Juli 2011. Mari baca opini saya tentang film ini. Scroll ke bawah yuk...

Saya suka film ini sejak keluarnya film pertama. Di film pertama ini Harry masih cupu banget, tapi cute nya ga nahaaan.. haha. Di film ini juga, Harry mendapat sahabat yaitu Ronald Weasley dan Hermione Granger, serta Rubeus Hagrid. Terus.. apa lagi ya? Oh iya, petualangan si Harry aja deh ya.

Di film pertama, Harry Potter and The Sorcerers Stone, atau Harry Potter and The Philosopher Stone, Harry berjuang untuk mendapatkan Batu Bertuah, yang diperkirakan akan jatuh ke tangan Lord Voldemort, penyihir jahat yang pernah membunuh orangtuanya. Bayangin aja, anak umur 11 tahun harus bertarung dengan pembunuh keji. Ckckck.

Di film kedua, Harry Potter and The Chamber of Secret, Harry bertugas menyelamatkan Ginevra "Ginny" Weasley yang termakan jebakan Tom Marvolo Riddle (Lord Voldermort di masa muda), untuk memasuki sebuah kamar rahasia, dimana banyak bahaya didalamnya. Bayangin aja, anak umur 12 tahun harus bertarung melawan ular raksasa (Basilisk) dan seorang pembunuh kejam. Ckckck.

Film ketiga, Harry Potter and The Prisoner of Azkaban, Harry dilindungi mati-matian karena diperkirakan diincar oleh Sirius Black, yang dikatakan orang-orang sebagai pembunuh, padahal sebenarnya tidak. Sirius sebenarnya adalah wali Harry, dan ia sebenarnya baik. Di film ini, Harry sebenarnya melanggar peraturan sihir, tapi demi menyelamatkannya, dunia sihir berbaik hati untuk tidak menghukum Harry.

Film keempat, Harry Potter and The Goblet of Fire. Film favorit saya dari keseluruhan film Harry Potter (meski belum nonton yang keenam dan ketujuh, huhu). Soalnya sih film ini keren bangeeeet.. dan banyak bintang tamu yang cakep-cakep kaya Viktor Krum dan Cedric Diggory. Kyaa banget deh! Haha. Film ini menceritakan Harry yang terpilih menjadi salah satu peserta Turnamen Triwizard, yaitu turnamen yang melibatkan tiga sekolah sihir favorit, yaitu Sekolah Hogwarts, Sekolah Durmstrang dan Sekolah Beauxbatons. Di film ini, Cedric nya mati karena dibunuh Voldemort. Huaaa matinya spontan dan sadis. Makin benci deh sama si Voldy-botak-ga-punya-idung itu.

Film kelima, Harry Potter and The Order of The Phoenix. Ceritanya tentang Harry yang makin dikejar-kejar sama Voldy. Film yang ini seru juga, karena ada pertempuran antara Dumbledore dan Voldy. Terus.. juga ada Dumbledore's Army (DA), yaitu sejenis perkumpulan yang bertujuan untuk melindungi Dumbledore dan juga menghancurkan para pelahap maut (Death Eater). Anggota DA ada banyak, termasuk Harry, Ron, Hermione, Neville, Ginny, Luna, Cho Chang, dan lain lain.

Nah, film keenam dan film ketujuh saya belum nonton --"

Film keenam, Harry Potter and The Half-Blood Prince, padahal saya udah punya DVD nya tapi sampai sekarang belum ketonton juga. Soalnya laptop saya ini bermasalah, CD nya ngga kebaca disini *curcol*

Dan film ketujuh, Harry Potter and The Deathly Hallows, belum ditonton karena yah emang belum keluar, haha. Tapi doakan saya bisa nonton di bioskop ya! Doakan saya dapat tiketnya! Amiiin amiin ^^

Oh iya, film ketujuh ini dibuat dalam dua part. Part 1 nya November tahun ini dan part 2 nya Juli 2011. Eh, rasanya udah dibahas di atas ya? Bodo ah, blog blog saya juga...

Nah yang tadi itu filmnya, sekarang novelnya ya ^^

Cerita dari novel tentu sama dengan yang di film, tapi pastinya ada yang berubah disana-sini. Dan film kelima itu yang paling banyak dikurangi adegan dari buku. Kya banget deh --"

Saya cuma baca novelnya, tahun pertama sampai tahun keempat. Tahun kelimanya saya ga selesai baca, tebel banget gila, 1200 halaman. Ga sanggup -_-

Komentar saya tentang film maupun novelnya, yah, great job banget! Ngga novel ngga film semuanya keren deh.. JK Rowling menulis dengan sangat profesional, dan Daniel Radcliffe beserta kawan-kawan berakting juga dengan sangat profesional. Great banget pokoknya!

Tentang Hogwarts, saya masih bercita-cita ingin sekolah disana. Pengen banget, hahaha. Pengen belajar Sejarah Sihir.. Ramuan.. Pertahanan terhadap Ilmu Hitam (mau diajar sama Lupin! Kya!).. semuanya deh, haha. Saya juga pengen pake jubah dan topi kerucut. Saya pengen pake seragam Hogwarts yang super keren. Saya pengen pake seragam Quidditch dan diposisikan sebagai Seeker (I'll catch you, Snitch! Haha). Saya pengen makan bersama di Great Hall. Saya pengen dipakein Topi Seleksi, dan deg-degan menunggu saya akan masuk asrama mana. Yah, saya pengennya sih Slytherin. Tapi kan saya Muggle-born, mana bisa.. Eh, tunggu. Emang saya beneran penyihir? --"

Ah, kayanya kebanyakan ya? Yaudah deh, exit dulu. Nanti atau besok, saya pengen posting tentang karakter-karakter di HP dan sekaligus share about my favorite character. See ya soon! ^^


WASSALAMUALAIKUM!


Cheers,

Rahma

Saturday, August 07, 2010

API

ASSALAMUALAIKUM!!

Kali ini saya mau nyoba posting puisi. Yah, bukan buatan saya sih. Tapi buatan kakak saya, hahahaha. Lanjut deh. Cekidot.

***

"API"

Di tangan kananku ada api
Di tangan kiriku ada api
Kutiup...
Hufh.. Hufh..
Mati..


***

Selesai! Ngga jelas yah? Emang! Salahkan kakak saya dah! Hahaha.

Pamit dulu deh. Nggatau harus ngomong apa. Byee..


WASSALAMUALAIKUM!!


Cheers,

Rahma

Saturday, July 17, 2010

MY NEW CLASS - XI A 4

ASSALAMUALAIKUM!

Err.. mungkin postingan ini terlambat dari waktunya ya.. oke, SANGAT TERLAMBAT. Karena ini sudah seminggu setelah dimulainya semester satu tahun ajaran baru. Lanjut sajalah.

Selesai upacara dimulainya tahun ajaran baru, seluruh murid kelas XI dapat melihat kelasnya masing-masing di mading depan musholla. Dan saya, setelah melihat saya ditempatkan di kelas mana, langsung kaget. Karena saya ditempatkan di XI A 3, dimana hanya ada tiga teman saya dari kelas X.4 (kelas saya yang lama) yang ditempatkan disana, yaitu Fariz, Faiz, dan Satrio.

Teman saya, Iche, langsung ribut, karena dia pengennya sekelas sama saya di XI A 4. Yah.. saya juga pengennya sekelas sama dia sih.. Akhirnya saya mencari informasi kemana-mana, dan menemukan fakta bahwa boleh saja pindah kelas, asal ada teman change.

Saya dan Iche langsung saja mencari teman dari kelas XI A 4 yang mau pindah ke kelas XI A 3. Dan, yak! Saya menemukannya! Teman saya itu bernama Mayang. Dia memang ingin pindah ke XI A 3 karena temannya yang bernama Azel berada disana. Yes, saya berhasil pindah!

Berada di kelas saya yang baru, cukup menyenangkan. Anaknya asik-asik. Tiba saatnya wali kelas saya datang. Ah, bukan wali kelas, tapi penasihat kelas (kalau tidak salah, hehe). PK saya adalah Ibu Eli dan Ibu Eka. Kedua PK saya ini cukup asik.

Pemilihan perangkat kelas pun dimulai. Calon ketua kelas adalah Ezra, Dzaki, dan Mufid. Ternyata yang menang dalam voting adalah Mufid, sedangkan yang kedua adalah Dzaki. Otomatis, Mufid menjadi ketua kelas dan Dzaki menjadi wakil ketua kelas. Ezra sendiri akhirnya mendapat jabatan Seksi Keamanan.

Lalu pemilihan bendahara. Berhubung saya sudah trauma dalam pengalaman saya menjadi bendahara, jadi saya tidak mencalonkan diri, begitu juga dengan teman saya sesama bendahara saat kelas X dulu, Sathia. Dan terpilihlah Nensa sebagai bendahara satu dan Deza sebagai bendahara dua.

Selanjutnya, sekretaris. Dan ternyata saya dicalonin, dan mendapat jabatan sekretaris 1. Rekan saya yang menjabat sebagai sekretaris dua adalah Maya.

Pemilihan selanjutnya adalah pemilihan seksi-seksi, dan berhubung saya tidak hapal, jadi tidak saya tulis ya, hohoho.

Oh ya, ternyata eh ternyata, saya belum permanen di kelas ini. Karena ternyata saya masih dipindahkan lagi ke kelas awal. Wah.. teman saya si Iche, langsung kalang kabut, meminta saya cepat melapor ke bagian kesiswaan. Tapi yah, apa boleh baut, nasi sudah menjadi lontong, saya mau tak mau harus kembali ke kelas awal saya.

Esoknya, saya duduk di kelas awal saya, XI A 3. Ternyata eh ternyata, di kelas saya itu ada tugas! Fisika lagi! Waaah.. saya kalang kabut deh. Sibuk nyontek sana-sini. Di tengah-tengah pelajaran, eh ternyata saya disuruh pindah ke XI A 4 lagi. Yah, dengan sukacita, saya balik ke kelas saya yang sekarang. Cihuy!

Ternyata eh ternyata (lagi), saya tidak boleh bersenang-senang karena akhirnya bisa pindah ke kelas impian saya. Karena... saya ada tugas Matematika yang belum saya kerjakan. JEGEEERRR. Mana gurunya galak lagi. Oh. My. God.

Tapi akhirnya saya selamat juga, karena gurunya ngga meriksa PR, cuma nanya-nanya doang, hahaha.

Yah.. dan berakhirnya cerita saya seputar kelas bau, eh kelas baru. Apa? Ngga penting postingannya? Bodo amaaat.. blog blog saya juga, hahaha.


WASSALAMUALAIKUM!


Cheers,

Rahma

Monday, July 05, 2010

TOY STORY 3


ASSALAMUALAIKUM!

Hi all. Saya disini mau ngereport film yang baru aja saya tonton lewat laptop: TOY STORY 3 !! Saya mulai darimana nih? Darimana? Dari mana aja boleeeeeeeeeh~ hehehehe ngga deng. Saya mulai dari jalan ceritanya ya..


Film dimulai dengan adegan Woody yang berkelahi dengan Mr. Potato Head dan istrinya, di sebuah padang gurun. Setelah beberapa saat, diketahuilah bahwa saat itu mereka sedang diajak bermain oleh Andy, pemilik mereka. Tapi ternyata itu hanyalah cerita masa lalu. Masa sekarang adalah, masa dimana Andy sudah besar, sudah harus menempuh pendidikan di jalur universitas.

Saat membereskan barang-barangnya, Andy sempat bingung mainan apa yang harus dibawanya. Secara, Andy kan sudah besar, sudah kuliah, tidak mungkin ia membawa semua mainan masa kecilnya ke kampus. Akhirnya, Andy memilih Woody, mainan yang benar-benar bersamanya dari dulu. Sedangkan mainan lain seperti Buzz Lightyear, Mr. Potato Head, Mrs. Potato Head, Barbie, Rex, Slinky Dog, Hamm, Jessie, Bulleyes, alien dari Pizza Planet, dimasukkan ke dalam loteng, menyusul si boneka cantik Bo. Kesalahan yang tak disadari Andy: dia memasukkan mainannya ke dalam kantong plastik hitam.

Saat Andy hendak memasukkan mainannya ke loteng, ia menemukan Molly kesusahan membawa barang, sehingga Andy menolong adiknya itu terlebih dahulu. Kantong plastik berisi mainannya ia taruh begitu saja di lantai. Ibunya yang menyangka itu sampah, malah membuangnya. Woody yang melihatnya, langsung berusaha menolong teman-temannya.

Tanpa ditolong, teman-temannya itu, dipimpin oleh Buzz, berhasil menyelamatkan diri. Tapi yang terjadi adalah mereka terperangkap dalam kotak berisi mainan yang rencananya akan disumbangkan ke sebuah daycare (penitipan anak), yang bernama Sunny Side. Woody berusaha mengajak mereka kembali kepada Andy. Tapi mereka tidak mau. Akhirnya Woody malah ikut ke daycare itu.

Disana mereka bertemu dengan Lotso, sebuah boneka beruang ungu, yang dianggap sebagai 'ketua' disana. Lalu ada Ken, pasangan sehidup sematinya Barbie (halah). Dan mainan lainnya. Disana, mereka terlibat petualangan seru, yang mengungkapkan bahwa Lotso itu sebenarnya jahat. Diceritakan pula mengapa Lotso berubah.

Setelah masalah selesai, mereka kembali ke rumah Andy, dan memasuki kotak masing-masing: Woody di kotak yang akan dibawa Andy ke kampusnya; dan mainan lain di kotak yang akan ditaruh di loteng. Saat Andy bercakap-cakap dengan ibunya dan Molly, Woody menuliskan sesuatu di kotak mainan lain. Sesuatu yang membuat Andy berubah pikiran, yang awalnya akan menaruh kotak itu ke loteng, malah ia alihkan untuk disumbangkan kepada saudaranya, Bonie.

Andy mengantar sendiri mainan itu ke rumah Bonie. Sampai disana, ia menemukan Bonie sedang asik bermain dengan para mainannya. Andy menghampiri Bonie, dan menunjukkan tiap mainannya, lalu ia memberikan mainan itu kepada Bonie. Sampai akhirnya Bonie menemukan Woody di kotak mainan Andy. Bonie terlihat sangat menyukai Woody. Tapi Andy enggan memberikannya. Namun pada akhirnya, Andy menyerahkan Woody kepada Bonie. Setelah itu mereka bermain bersama.


Yak, gitu deh, sekilas ceritanya. Ha? Apa? Ga sekilas? Emang! Hahahaha.

Sekarang pendapat saya tentang film ini yaa.. Film TS 3, menurut saya pribadi KEREN SEKALI! Kocaknya dapet banget. Banyak adegan kocak yang bener-bener bikin kita ketawa ngakak. Contohnya, adegan Buzz yang mendadak rusak jadi orang Spanyol. Dia memanggil Jessie dengan sebutan "Senorita!". Lucu sekali! Dan tentu saja adegan lucunya tidak hanya itu, masih buaanyaaak sekali.

Dan, harunya pun dapet banget. Ada adegan dimana Woody, Jessie, Bulleyes, Buzz, dan mainan-mainan lain, berpegangan tangan saat di tempat penghancuran sampah. Mereka terlihat pasrah, namun tetap menautkan tangan satu sama lain, mengingat janji mereka di awal-awal: "Apapun yang terjadi, kita akan selalu bersama." Uuuh.. sedih sekali loh adegan ini! Beneran deh saya pengen nangis! Diujung film juga ada adegan yang ada Andy-nya. Nangis lagi deh, haha.

Selain kocak dan harunya, yang bikin saya suka sama film ini adalah animasinya keren banget. Dan karakter Bonie, anak-anak di Sunny Side, dan Molly, terlihat imuuuuut sekali! Ga berenti bilang "Unyuu" deh! Hahahaha. Andy dewasa disini juga ganteng sekaliiii ♥ Hehehe

Pokoknya, overall, film ini BAGUS BANGET dan wajib tonton! Saya off dulu deh, sudah larut malam, ehehehe.


WASSALAMUALAIKUM!!



cheers,

Rahma

Saturday, July 03, 2010

GERMANY - ARGENTINA | 4 - 0

ASSALAMUALAIKUM!

Yak. Saya kembali untuk mengabarkan pertandingan yang masih kerasa hot nya sampai sekarang: pertandingan Jerman versus Argentina.

Seperti yang sudah saya katakan di blog sebelum-sebelumnya, saya mendukung empat tim: Jerman, Inggris, Argentina, dan Spanyol. Eh, apa belum saya bilang ya? Auk deh. Yang jelas saya mendukung keempat tim itu. Diurut dari saya dukung pol-polan sampai yang saya dukung 'gitu' aja. So, can you see? Yup, I support Germany, very much.

Pertandingan malam ini berbeda dari pertandingan-pertandingan sebelumnya, yang cenderung adem ayem di menit-menit awal. Karena di menit ke tiga, muncul gol dari Jerman atas nama Thomas Mueller.

Gol Mueller tercipta melalui sundulan, yang dimulai oleh SCHWEINSTEIGER yang melakukan free kick. Gol di menit ketiga? Kurang hebat apalagi? Saya ngetweet.

Gol kedua, Miroslav Klose di menit ke 68. Asli, saya teriak di rumah! Histeris abis, karena Klose adalah pemain favorit saya. Gol Klose didukung oleh umpan dari SCHWEINSTEIGER. Selebrasinya ga seru ah, cuma ngesot di lapangan, hahahaha. Saya ngetweet.

Gol ketiga, Arne Friedrich di menit ke 74. Saya udah mulai heboh. Tiga kosong, gituloh! Saya ngetweet. Lagi.

Gol keempat, Klose LAGI. Menit ke 89. Wawawawawaw, saya heboh di rumah. Ngetweet lagi ah. Dan ternyata Twitter juga rame banget. Terutama teman saya si Tya alias Tay. Secara dia Germaniacs banget. Oh iya, dia juga salto! Yeay..

Dan yah, pertandingan selesai dengan skor 4-0. Diselingi dengan pemain Argentina seperti Lionel Messi dan Gonzalo Higuain yang berusaha mencetak gol. Usaha yang bagus, boys.

Sejujurnya, saya agak gak suka liat timeline Twitter yang terlalu mencela Argentina. Salah apa Argentina? Sampai dibilang-bilang "pulang sana" "go home" or something like that. Sampai Diego Maradona juga dicela-cela. Kasian teman saya Alicia Adriani, yang sangat sangat menjagokan Argentina, melihat tim yang dia dukung kalah plus dicela-cela.

Saya, sedari tadi ngetweet, membicarakan tentang KEMENANGAN JERMAN, bukan KEKALAHAN ARGENTINA. Argentina played their best.

Dalam pertandingan kali ini, Man of The Match adalah Bastian SCHWEINSTEIGER. Yah, tepok tangan dulu deh *claps hand*

Tapi menurut saya, Man of The Match nya adalah Manuel Neuer dan Miroslav Klose. Eh, itu mah jadi Men of The Match yak? Sebodo amaaaaat.

Neuer bermain sempurna sekali! Berkali-kali saya ngetweet bahwa saya cinta dia. HAHAHAHAHA. Norak memang. Bodo aaaaaah. Tim Argentina berkali-kali berusaha menerobos gawang Jerman, tapi segera dihambat oleh Neuer. Pokoknya duapuluh jempol buat deh Manuel Neuer!

Miroslav Klose. Ah, saya kebanyakan memuji dia. Tapi mau bagaimana lagi? Emang dia hebat banget! Dua gol dari dia, bikin Jerman berjaya banget. Klose juga sudah menyamai rekor Ronaldo dalam urusan gol terbanyak sepanjang permainannya di sepakbola, yaitu 15 gol. Satu gol lagi, udah mecahin rekor gan. Mantap!

Okay, saya off dulu. Udah dimarahin. Sekian ya cerita saya malam ini. Oh iya! Tunggu, ada yang lupa. Ga penting sih, tapi bodo amat. Kan blog saya, suka-suka saya dong, haha.

Nama Bastian SCHWEINSTEIGER, khusus nama belakangnya saya copas dari web fifa.com. Kenapa? Karena sampai sekarang saya ga bisa menulis dan melafalkan nama SCHWEINSTEIGER. Sumpeh deh saya ga bohong. Kalo mau melafalkan, kaya gini hasilnya: Swableblenezer. Atau Swaiwainezer. Dahsyat ya? Iya dong, saya.

Okay, beneran off deh. Byeee.


WASSALAMUALAIKUM!


cheers,

Rahma

Wednesday, June 30, 2010

Karena Ify (Cerpen)

ASSALAMUALAIKUM!

Ini deh, cerpenku. Kalau udah baca, di komen ya! :) ada satu tokoh yang nggak aku ganti namanya. Males ngerubah judul juga sih.. enjoy!

-------------------------------------------------

BRUK!!

Aku terjatuh. Kepalaku sakit sekali. Ibu tergopoh-gopoh menghampiriku, berusaha membopongku ke kamar. Ibu membaringkanku di tempat tidur. Aku menggigit bibir, berusaha meredam sakit kepalaku yang kurasa bisa membunuhku dalam sekejap. Dalam samar penglihatanku, kulihat wajah Ibu yang panik. Kurasakan tangan lembut Ibu mengusap kepalaku. Lalu gelap sama sekali.

--------------------------------------------------

Aku membuka mata, lalu mengerjapkannya beberapa kali. Bau yang familiar menghinggapi hidungku. Bau klinik. Oh ya. Karena pingsanku tadi, ah, atau kemarin? Entahlah. Yang jelas aku berada disini karena pingsanku. Aku menoleh ke kiri. Ibu tertidur dengan lelap. Perlahan ku elus tangan Ibu. Tangan yang merawatku selama ini. Selama enambelas tahun ini.

Aku, Diandra Safira, sudah dua tahun belakangan ini mengidap kanker otak. Aku tak tau stadium berapa. Ibu yang tau. Tapi Ibu tak mau memberitauku. Entah mengapa. Aku sendiri tak mau bersusah payah membujuk Ibu untuk memberitauku. Jawaban Ibu hanya akan membuatku lebih benci kepada takdir. Ah, ya, aku memang kurang ajar. Bisa-bisanya membenci putusan Tuhan. Tapi bagaimana bisa aku tidak benci, kalau hidupku selalu berada di bawah?

Orang-orang bilang, kehidupan itu seperti roda. Kadang diatas, kadang dibawah. Tapi kurasa aku hanya sekejap saja berada di atas, dan pada akhirnya selalu di bawah. Kau pikirlah dengan logikamu, apa yang terjadi padaku selama ini. Aku anak tunggal dari sebuah keluarga yang awalnya kaya raya. Ayah adalah seorang pebisnis sukses. Ibu seorang pengusaha butik yang cabangnya sudah beredar ke seluruh Indonesia, Butik Supernova. Aku yakin kau pernah mendengarnya, dulu.

Lalu sebuah berita mengejutkanku dan Ibu. Ayah ternyata mengutang pada rekannya. Dan Ayah tak mampu membayarnya. Dia meninggalkanku dan Ibu dalam keterpurukan. Aku yakin lagi-lagi kau menilaiku kurang ajar. Aku memanggil Ayah dengan sebutan 'dia' bukannya 'beliau'. Cih, orang seperti dia tak pantas dihormati sehingga harus dipanggil dengan 'beliau'. Aku membencinya. Benci sekali.

Sekarang, aku hidup berdua dengan Ibu. Kami berhasil kabur dari kejaran rentenir. Aku dan Ibu tinggal di rumah kecil di sebuah desa terpencil. Terpaksa kami harus hidup disini. Karena kami takkan mungkin selamat kalau saja masih berada di kota. Sebulan setelah berjuang hidup di desa ini, aku merasakan sakit yang luar biasa di kepalaku. Ibu segera memeriksakanku ke sebuah klinik kecil yang dibangun oleh seorang relawan kaya. Hasilnya? Aku divonis mengidap kanker otak. Dokter bilang, hidupku hanya berkisar tiga tahun lagi, atau paling lama lima tahun. Sejak itu, duniaku yang sudah kelam makin gelap. Aku sudah tak peduli pada siapapun kecuali Ibu. Buat apa aku peduli pada yang lain? Agar dinilai baik? Hah, sudah baik pun sikapku, tetap saja roda kehidupanku bergulir di bawah. Selalu di bawah. Percuma aku berlaku baik.

"Nggg...." erangan pelan Ibu membuat lamunanku buyar. Aku menoleh pada Ibu. Ibu sudah bangun dari tidurnya. Beliau mengelus pipiku pelan, lalu tersenyum lembut. Inilah ibuku. Tak pernah berhenti tersenyum sekalipun wajah tuanya sudah tampak letih.

"Akhirnya kamu sadar, Di. Kamu pingsan seharian ini," ucapan Ibu membuatku mendongak menatap jam dinding. Benar kata Ibu. Sekarang jam lima pagi. Aku pingsan kemarin sekitar jam enam lewat lima belas menit. Nyaris seharian.

"Dia datang lagi, Di.." sambung Ibu. Aku mengernyitkan dahi. Ibu menunjuk meja di sisi kananku. Aku menoleh dan mendapati sekeranjang buah-buahan segar terletak manis disana. Aku mendengus. Dia. Seseorang yang selalu sok perhatian padaku. Fadhil.

"Jam berapa dia datang?" tanyaku pada Ibu.

"Sekitar jam pulang sekolah kemarin. Ibu ke ruangan dokter dulu ya, Di. Kamu kuat sendiri kan?" Ibu beranjak dari kursi. Aku mengangguk sekilas. Ibu berjalan keluar dari kamar. Aku menyandarkan diri di bantal. Menghela napas.

Fadhil. Teman sekelasku di satu-satunya SMA di desa ini. Sejak hidupku mulai berubah, aku selalu menutup diri pada siapapun kecuali Ibu. Karena sifatku itu, seluruh teman sekelas, bahkan teman sekolahku, selalu menjauhiku. Mereka menganggapku anak aneh. Aku sih tak ambil pusing. Toh aku juga tak mau repot-repot berteman. Tapi.. Fadhil berbeda. Dia perhatian padaku. Tapi opiniku sih, dia hanya sok perhatian. Bayangkan saja. Fadhil kan ketua OSIS, dan termasuk remaja lelaki paling populer di sekolah. Bahkan di desa. Tak mungkin orang tenar seperti dia perhatian padaku. Palingan, dia hanya ingin menjaga image nya sebagai orang paling ramah di desa. Ya, pasti seperti itu.

KLIK.

Ibu kembali memasuki kamar. Beliau duduk di sampingku.

"Ntar jam enam kamu udah boleh pulang, Di. Abis pemeriksaan jam setengah enam nanti, limabelas menit lagi," kata Ibu. Aku mengangguk. Ah, kalian pasti heran. Aku kan kena kanker, mengapa tidak kemo? Jawabannya simpel: aku tidak mau. Padahal klinik ini mempunyai semua fasilitas untuk kemo. Tapi aku rasa percuma. Cepat atau lambat, di kemo ataupun tidak, ajal akan menemuiku kan? Aku tak ingin membebani Ibu dengan mengeluarkan biaya tambahan untuk kemo.

-----------------------------------------------

"Bisa kubantu, Dian?" suara halus itu membuatku menoleh. Ah. Fadhil. Aku kembali fokus pada bukuku.

"Tidak, terima kasih," tolakku datar.

"Kalau kau tidak bisa mengerjakan soal itu, aku bisa membantumu," katanya lagi. Aku menghela napas.

"Tidak usah, Fadhil," tolakku lagi. Tanpa menoleh.

"Dian, aku.." belum selesai ia berkata, sudah kupotong dengan bentakan.

"Bisakah kau tidak menggangguku?! Kalau memang kau mau membantu, diamlah! Aku terganggu!" bentakku. Para cewek di kelasku mencibir. Mereka pasti berpikir aku tak tau terima kasih. Biarlah. Memang aku peduli?

Aku kembali fokus pada soal Matematika yang luar biasa ajaib itu. Ah! Mengapa aku tak bisa mengerjakannya sih?! Biasanya aku cukup lancar dalam mengerjakan Matematika.

"Caranya salah. Duanya dikalikan dulu dengan lima, baru ditambah tujuh." Sebuah suara lembut menyentakku. Aku mendongak. Mendapati wajah tirus yang asing sedang tersenyum padaku.

"Kau Dian, kan? Aku murid baru, Ify." Gadis itu menyodorkan tangannya padaku. Aku hanya melirik sekilas tanpa menyambut tangannya. Gadis itu menarik tangannya kembali.

"Kapan kau datang?" tanyaku. Rasanya tidak ada murid baru hari ini. Apa aku yang terlalu cuek? Gadis di depanku tersenyum.

"Tadi pagi. Aku sudah memperkenalkan diri, lho. Apa kau sebegitu cueknya? Haha, aku bercanda," ia tergelak. Dahiku mengernyit. Ceria sekali tampaknya anak satu ini? Bahkan setelah kucueki.

"Maaf. Terimakasih atas bantuanmu tadi," kataku. Ify tersenyum lalu mengangguk. Ia membalikkan badan, menghadap ke depan. Aku mencoba mengerjakan soal ajaib itu dengan cara Ify. Ah. Ketemu jawabannya. Ternyata Ify cerdas.

Bel istirahat berbunyi. Kelas segera sepi karena murid kelasku berlarian ke kantin. Tinggallah aku dan.. siapa ya? Entahlah, aku tak memperhatikan. Aku melongok ke laci, meraih kotak bekalku, lalu meletakkannya di atas meja. Sejurus kemudian aku membelalak kaget karena menemukan wajah di depanku. Ify.

"Hehehe, sori ya kau jadi kaget. Eh tapi wajah kagetmu itu lucu sekali! Hahahaha," Ify tergelak. Aku merengut sesaat. Aku kan tak pernah memasang wajah kaget di depan orang! Baru kali ini! Dan aku sudah menuai malu.

"Hihihi.. maaf, Di. Aku kalo ketawa terkadang memang menjengkelkan. Maaf yaa.. eh, kau tidak ke kantin?" tanya Ify. Aku menggeleng sambil menunjuk kotak bekalku. Ify manggut-manggut. Sedetik kemudian ia sibuk mengorek isi tasnya, dan mengeluarkan kotak bekalnya. Ia meletakkan kotak bekal itu di mejaku. Ia memutar bangkunya, menghadapku. Sekarang kami duduk berhadapan. Aku mengernyit. Jujur saja, aku agak terganggu. Dia mengganggu hidupku yang sendiri.

"Makan bareng boleh yaaa?" tanyanya. Aku hanya mengedikkan bahu. Lalu mulai menyantap bekalku. Begitu pula Ify. Kami makan diselingi celotehan Ify. Tapi aku hanya diam. Selesai makan, aku mencari botol minumku. Loh? Kok tidak ada?

"Ini, minum saja. Kau lupa bawa ya?" Ify menyorongkan botol minumnya. Ah, aku tak suka menggunakan milik orang lain. Sekalipun bukan aku yang meminta.

"Tak usah," tolakku.

"Minum saja. Tak apa-apa," tawarnya lagi. Aku menggeleng.

"Aku.. ada penyakit. Dari pada kau tertular lebih baik tak usah," kataku. Bibir Ify membulat.

"Oo.. jadi bagaimana kau minum?" tanyanya. Aku mengedikkan bahu. Lalu tiba-tiba saja..

"Ini minum untukmu, Dian." Suara itu. Siapa lagi kalau bukan Fadhil. Dia menyodorkan sebotol air mineral. Aku menatapnya dingin. Dia ini.. memang bebal. Tak bisa dilarang sekali dua kali.

"Tidak, terima kasih," lagi-lagi aku menolak. Tapi Fadhil sudah kebal dengan penolakanku. Ia meletakkan botol itu di hadapanku.

"Ambil saja," perintahnya tegas. Aku menghela napas. Biarlah kuterima pemberiannya kali ini. Cukup kali ini saja. Aku membuka segel dan tutup botol, kemudian meminumnya. Aku menoleh ke kiri, ke arah Fadhil.

"Terimakasih," ucapku pelan. Fadhil tersenyum. Manis sekali. He? Kok mendadak panas ya? Rasanya wajahku menghangat. Apa memang suhu sedang naik? Entahlah. Aku menolehkan kepalaku pada Ify. Dia sedang memperhatikan Fadhil yang tengah membaca buku. Tatapan Ify.. berbeda. Ah, kurasa aku mengerti. Tapi kuputuskan untuk tidak ikut campur.

"Dian.. aku baru menyadari sesuatu.." mendadak Ify berbisik padaku. Aku mengangkat sebelah alis. Ia memainkan tangannya, menyuruhku mendekat. Aku hanya memandang datar. Akhirnya Ify memajukan badan. Mungkin gemas padaku yang tak kunjung mendekat. Ify berbisik di telingaku.

"Fadhil itu manis sekali ya.." Nah, kan. Sudah kuduga. Pasti Ify merasakan sesuatu pada Fadhil. Ify menarik wajahnya dari telingaku. Kulihat wajahnya memerah. Sebuah perasaan aneh muncul di hatiku. Perasaan asing. Perasaan seperti ingin menggoda Ify. Hei, ada apa ini? Bukankah aku tak pernah peduli pada orang lain?

"Dian, nanti aku kerumahmu ya?" Ify meminta izin. Ya ampun. Ify mirip sekali dengan Fadhil. Suka menggangguku.

"Ngapain?" tanyaku.

"Ada yang mau kubicarakan. Ya ya ya?" paksanya. Aku menghela napas. Lalu perlahan mengangguk, membuat wajah gadis di depanku berseri.

"Hore! Nanti ya, Di! Janji loh!" katanya. Nadanya menekan tiap kata. Aku hanya bisa menghela napas. Lagi.

-------------------------------------------------

"Jadi? Kau memang dekat dengan Fadhil ya, Di?" tanya Ify. Oh, ya Tuhan.. ini sudah ke empat kalinya Ify bertanya hal yang sama sejak ia duduk manis di kamar tidurku! Aku merapatkan gigi.

"Nggak, Ify....." jawabku dengan gigi mengatup. Ify meraih bantalku lalu memeluknya.

"Kau selalu bilang nggak. Tapi sikap Fadhil padamu berkata iya," katanya. Aku mendengus. Tuh kan! Pada akhirnya sikap Fadhil membawa dampak buruk padaku.

"Oke, Ify, aku jelasin ya. Jarang-jarang aku mau ngomong banyak. Demi kau nih. Aku, sama Fadhil, sama sekali ga deket. Sama sekali nggak. Tapi gatau kenapa, si Fadhil itu selalu sok perhatian padaku. Kau tau kan, Fy, dia itu populer sebagai anak yang ramah, baik, dan pintar. Makanya, dia pasti sok perhatian demi menjaga image nya itu," jelasku panjang lebar. Ify terlihat berpikir.

"Ah! Aku tau sekarang!" Ify menjentikkan jarinya yang kurus. Aku mengernyit. Heran.

"Fadhil pasti menyukaimu, Dian!" katanya, dengan nada seolah-olah aku orang paling beruntung sedunia. Aku menepuk jidatku. Ify! Betapa aku harus ekstra sabar dalam menghadapimu!

"Ify... kan sudah kubilang! Fadhil itu hanya menjaga image nya sebagai orang ramah sedesa! Masa kau ngga ngerti juga?!" gerutuku kesal.

"Apapun yang kau katakan, aku tetap beranggapan Fadhil menyukaimu. Tapi, aku menyukai Fadhil. Jadi, aku akan melakukan segala cara untuk merebut perhatian Fadhil!" kata Ify, penuh semangat. Aku mengambil bantal lalu menutup wajahku, lalu berteriak histeris. Susahnya menghadapimu, Ify!

-----------------------------------------------

"Pagi, Dian! Pagi, Fadhil!" teriak Ify, begitu ia memasuki kelas. Aku mendongak sejenak dari novelku, lalu fokus kembali pada buku berjudul "Beautiful Stranger" itu.

"Pagi, Ify," balas Fadhil. Aku melirik Ify. Wajahnya berseri-seri. Ia mendatangiku lalu berbisik di telingaku.

"Lihat, sudah ada kemajuan kan, Di?" bisiknya. Aku melengos. Lalu tanpa sadar bibirku melengkung membentuk senyum kecil. Tapi segera kuhapus. Ada apa ini? Masa aku semudah ini mengumbar senyum?

Tak lama kemudian, Miss Winda memasuki kelasku, dan mengajarkan materi hari ini.

PLUK!

Sebuah gulungan kertas mendarat di mejaku. Aku mengamati sekeliling. Siapa yang mengganggu waktu belajarku, sih? Aku menggeram kesal, lalu membuka gulungan kertas itu.
kamu udah lebih banyak tersenyum. aku jadi tambah suka.
-seseorang yang sedari dulu mencintaimu-

Aku mengerutkan kening. Tampaknya surat ini salah dilempar. Aku meremas kertas itu, lalu membuangnya ke dalam laci, dan kembali memperhatikan Miss Winda.

---------------------------------------------

Uh, pagi ini dingin sekali. Aku merapatkan jaketku dan masuk ke dalam kelas. Kelas sepagi ini, hanya ada Fadhil, seperti biasa. Aku duduk di bangkuku, dan memeriksa laci. Sepertinya novelku tertinggal semalam. Soalnya, aku telah memeriksa tasku, tapi novel itu tidak kutemukan.

Aku melongok ke dalam laci, dan.. ah! Itu dia! Benar kan, tertinggal disini. Aku meraih novel itu dan meletakkannya di atas meja, lalu mulai membuka halaman demi halaman. Sampai pada halaman tengah, mataku tertumbuk pada selembar amplop putih. Apa ini? Aku merobek amplop itu, dan mengeluarkan isi dalamnya. Sebuah surat. Singkat saja kata-katanya.
dirimu disana. mengusik sukma
tanganku melambai. namun bayangmu tak tergapai

Hanya itu. Tak ada nama pengirim. Aku membolak-balikkan surat dan amplop. Nihil. Si penulis benar-benar tidak mencantumkan identitasnya. Aku menghela napas. Mencoba untuk tidak peduli.

"Dian.." panggil seseorang di sebelahku. Fadhil, tentu saja. Siapa lagi. Aku menoleh, tanpa menjawab.

"Itu.. aku.. eh.." Fadhil terlihat gugup. Dia.. Fadhil kan? Cowok papan atas di sekolah dan di desa. Dia.. gugup? Atas dasar apa? Aku tetap menatap Fadhil. Matanya yang berputar demi menghindari tatapanku sebenarnya menggelikan. Aku ingin tertawa, tapi gengsi.

"Aku.. surat itu.." katanya lirih. Surat? Surat apa? Aku melirik surat yang kugenggam. Mungkinkah..? Aku kembali menatapnya tajam. Kalau benar Fadhil yang mengirimkan surat ini, ah, cukuplah! Cukuplah dia mengganggu hidupku! Cukuplah aku bersabar!

"Aku.." katanya lagi. Aku mempertajam telinga. Suaranya makin pelan.

"PAGI, DIAN, FADHIL!!" teriakan khas itu bergema di kelas yang masih sepi. Aku menoleh ke pintu. Ify.

"Pagi, Fy," balasku. Entah kudapat darimana mood membalas sapaan Ify. Mungkin aku membutuhkan pengalihan perhatian dari surat tadi dan Fadhil yang menyebalkan itu? Entahlah.

"Pagi, Ify.." balas Fadhil. Suaranya sudah normal kembali.

"Dian, ikut aku keluar yuk? Ada yang mau aku omongin. Sebentar," ajak Ify. Aku menurut saja. Ify keluar dari kelas, aku mengikuti.

"Kau udah baca surat dari Fadhil?" tanya Ify. Langsung. Tanpa embel-embel. Aku tersentak.

"Surat? Surat apa?"

"Diaaaaaan, my dear.. aku tau kau menemukan surat itu. Tadi kulihat ada kertas beserta amplop di mejamu. Sudah kau baca kah?" tanyanya lagi.

"Surat itu.. dari Fadhil?" tanyaku memastikan. Ify tersenyum lebar.

"Ya! Sudah baca kan?" desak Ify.

"Sudah. Jadi surat itu beneran dari Fadhil?" tanyaku lagi.

"Err.. sebenarnya tidak juga," jawab Ify. Ha? Ada apa lagi ini?

"Jadi dari siapa? Ayolah, Fy, jangan bertele-tele begitu!" geramku.

"Hehehe.. santai, Di. Sebenernya, surat itu aku yang tulis. Dan aku mengirimnya untukmu atas nama Fadhil," terang Ify. Apa?! Aaaaaaaargh! Ify ini benar-benar berlaku seenaknya saja! Belum sempat aku membentaknya, Ify sudah berkata hal lain.

"Tau ga, Di? Aku juga mengirimkan surat atas namamu pada Fadhil," kata Ify sumringah. APA?! Ya Tuhaaaaaan.. Ify mengatakan hal itu dengan santainya, tidak sadarkah ia sudah membuat hidupku tidak tenang?!

"Ifyy!!! Atas dasar apa kau membuat surat-surat itu?!" seruku, frustasi.

"Dian, harusnya kau senang bukan? Kau menyukai Fadhil, kau mendapat surat atas nama Fadhil. Fadhil menyukaimu, dia mendapat surat atas namamu. Seharusnya kau dan Fadhil senang," ujar Ify. Bah! Enteng sekali dia mengatakannya!

"Ify! Aku tidak..." belum selesai aku berkata, terdengar suara lain yang masuk ke dalam percakapan kami. Fadhil.

"Ify.. jadi kau yang mengirimkan surat ini?" Fadhil mengacungkan sebuah amplop. Oh, apakah itu yang membuat Fadhil gugup sambil menyebut-nyebut surat? Surat itu yang menyebabkannya? Ify tersenyum lebar, menampakkan behel warna warninya.

"Ah, Fadhil! Kau juga sudah membacanya?" tanya Ify. Fadhil mengangguk pelan.

"Fy.. jadi apa maksudmu mengirimkan surat-surat ini? Untuk membuat aku dan Dian saling berselisih paham atau bagaimana?" tanya Fadhil, sedikit membentak, meminta penjelasan. Tiba-tiba Ify menunduk. Entah kemana hilangnya keceriaan Ify. Fadhil menghela napas.

"Baiklah, Ify. Mungkin kau tak ingin menjelaskannya disini. Selain sekolah sudah ramai, aku rasa ada sesuatu yang menekan batinmu. Kita bicarakan ini seusai sekolah. Tak perlu jauh-jauh, di kelas saja," ujar Fadhil. Ia menatapku sekilas, lalu masuk ke dalam kelas. Aku mengedarkan pandangan. Benar saja, sekolah sudah ramai rupanya. Ify berjalan lesu melewatiku, masuk ke dalam kelas. Ada yang aneh. Ify terlihat sangat sangat lemas. Padahal saat berbicara denganku tadi, dia ceria-ceria saja. Apa karena Fadhil yang menghardiknya tadi? Ah, tidak.. selama ini aku membentaknya, tapi dia biasa saja. Dia kan memang bebal. Jadi karena apa dong?!

Ah, aku jadi pusing sendiri. Lebih baik aku masuk ke kelas saja, daripada memikirkan hal ribet ini.

----------------------------------------------

"Jadi, Ify, jelaskanlah maksudmu mengirimkan surat-surat itu, atas nama aku dan Dian," kata Fadhil. Lembut tapi tegas. Ify menunduk, sambil memainkan tangannya.

"Aku.. aku tau kau menyukai Dian, Dhil.." Ify memulai, lirih. Fadhil menghela napas. Aku menatap Fadhil sesaat. Benarkah?

"Baiklah. Kau benar. Lalu?" Fadhil membenarkan pernyataan Ify. Membuatku tersentak dan pipiku memanas.

"Aku juga tau bahwa Dian menyukaimu, Fadhil.." sambung Ify. Mata Fadhil membelalak, lalu ia menatapku. Aku terkejut.

"Ify?! Aku tak pernah bilang begitu kan?!" kataku. Ify mendongakkan kepala. Menatapku.

"Dian.. jangan bohongi perasaanmu. Aku tau selama ini kau pasti senang dengan perlakuan Fadhil padamu, meskipun kau selalu membalasnya dengan bentakan dan penolakan. Semua itu tergambar di matamu, Di.." ujar Ify. Aku mengernyit. Aku? Suka pada Fadhil? Tidak!

"Dian.. ingatkah kau saat Fadhil memberimu minum beberapa hari lalu? Saat Fadhil tersenyum? Wajahmu memerah, Di. Itulah tandanya kau menyukai Fadhil. Selama ini kau hanya menutupi hatimu. Buka hatimu untuk Fadhil, Dian.." sambungnya. Aku berpikir sejenak.

Selama ini Fadhil selalu berbuat baik padaku, sekalipun balasanku tak pernah manis. Tapi.. terus terang. Ada yang menghangat dihatiku kala Fadhil berbuat seperti itu. Ada yang menghangat di pipiku bila Fadhil tersenyum. Dan perasaan seperti itu rasanya muncul saat Ify mulai dekat denganku.

"Dian? Benar apa kata Ify?" tanya Fadhil. Nadanya agak mendesak. Aku hanya terdiam. Tetap larut dalam pikiranku.

Apakah.. Ify yang selama ini berusaha membuka hatiku? Agar aku bisa menerima kehadiran Fadhil? Agar aku bisa tau bahwa aku sebenarnya menyukai Fadhil? Tunggu.. rasanya aku mulai mengerti mengapa Ify mendadak lesu. Apakah dia selama ini berusaha melupakan perasaannya pada Fadhil, demi memperjuangkan kisah cintaku dan Fadhil? Jadi.. apakah dia lesu karena sudah tak mampu lagi menahan perasaan sakit hati ketika aku dan Fadhil ternyata memang saling menyukai?

Mendadak kepalaku sakit. Sakit sekali. Aku terjatuh. Pingsan.

-------------------------------------------------

"Dian? Diaaaan?!" sebuah suara berhasil mengembalikan kesadaranku. Aku membuka mata, walau berat. Dapat kulihat Ibu, Ify, dan Fadhil mengerubungiku. Mata Ibu dan Ify basah. Mereka menangis. Karena aku. Sedangkah mata Fadhil berkaca-kaca.

"I.. bu? I.. I.. Ify? Fa.. dhil?" kataku pelan. Lirih. Terputus-putus. Mengapa aku jadi sulit ngomong seperti ini?

"Iya, Di! Ini Ibu, Sayang!" sahut Ibu. Tangannya mulai membelai kepalaku. Ify menggenggam tanganku.

"Diaaan... kau kenapa?! Apakah ini gara-gara aku?!" tanya Ify. Aku tersenyum dan menggeleng pelan.

"I.. bu.. bisa tinggalkan aku.. hh.. dengan Ify dan Fadhil?" pintaku pada Ibu. Ah, aku jadi sulit bernafas, meski omonganku mulai lancar. Ibu mengangguk lalu pergi dari kamar rumah sakit. Meninggalkan aku, Ify, dan Fadhil. Aku menatap satu-satu wajah temanku itu. Ah, tidak. Sahabatku.

"Ify.. kau udah tau aku sakit apa?" tanyaku. Ify mengangguk. Butiran bening meluncur lagi di pipi tirusnya.

"Aku yang ngasih tau, Di. Semoga kau ngga marah.." ujar Fadhil pelan. Aku tersenyum.

"Ify.. terimakasih sudah.. hh.. sudah membuka hatiku.. hh.. aku tau sekarang.. kalau aku.. hh.. kalau aku menyukai Fadhil.. hh.. pernyataanmu benar, Ify.." kataku. Dadaku sesak.

"Kau menyadarinya kan, Di? Kau memang menyukai Fadhil kan, Di?" tanya Ify. Aku mengangguk, lalu tersenyum pada Fadhil. Fadhil menatapku tak percaya.

"Benarkah itu, Dian? Benar kau menyukaiku? Kalau begitu.. bisakah kita menjadi sepasang kekasih?" tanya Fadhil beruntun. Ia tersenyum lebar sekali. Tapi senyum itu hilang tatkala aku menggeleng.

"Ngga bisa.. hh.. ngga, Dhil.. waktu aku.. hh.. udah ga lama lagi.. hh.. ga akan bisa.." ujarku. Air mata mulai menetes satu-satu dari ujung mataku. Fadhil dan Ify terperangah memandangiku.

"Apa-apaan sih, Di? Kenapa kau bilang begitu?" kata Ify.

"Waktuku memang tak banyak lagi.. hh.. aku bisa.. hh.. bisa merasakannya.." ujarku lagi.

"Dian! Aku baru saja mengetahui perasaanmu! Secepat ini kau tinggalkan aku?!" sahut Fadhil. Air mata mengalir di pipinya yang hitam manis.

"Siapa yang bilang.. hh.. aku akan meninggalkanmu? Aku kan.. hh.. aku sayang padamu.. hh.. bagaimana bisa aku meninggalkanmu?" kataku sambil memandangi wajah Fadhil yang tampan.

"Aku akan terus.. hh.. terus bersamamu.. hh.. tapi tidak dalam jasad bernyawa.. hh.. aku akan selalu ada.. hh.. di hatimu.. dan hati Ify.." sambungku. Air mata Fadhil menderas. Aku menoleh pada Ify.

"Ify.. hh.. kau menyukai Fadhil kan? Bahagiakan.. hh.. bahagiakan Fadhil untukku. Untuk sahabatmu ini.. hh.." kataku pada Ify. Ify menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tangis. Tapi toh dia tak sanggup membendungnya. Air mata Ify pecah.

"Dian.. jangan ngomong gitu, Di... aku sayang padamu, Dian!" jerit Ify histeris. Aku tersenyum.

"Aku juga menyayangimu.. hh.. pada Fadhil juga.. hh.. tapi aku sudah tak kuat.. lagi.." aku masih mencoba berkata-kata.

Fadhil menyodorkan tangannya. Membelai pipiku lembut. Mengusap airmataku. Aku tersenyum.

Lalu jantungku berhenti berdetak.

--------------------------------------------------

the end. ga seru kan ya kan ya kan? maklumin aja, penulis amatiran cuy -,- oh iya, baidewai judulnya itu pas ga sih sama ceritanya? aku ga pandai milih judul sih -_- oh iya, endingnya itu aku contek dari novel A Life (lupa karangan siapa). tapi endingnya doang kok! beneran! cuma kalimat terakhir aja. err.. penutupnya segini aja deh. bye~

WASSALAMUALAIKUM!


cheers,

Rahma

DUNIA TULIS MENULIS

ASSALAMUALAIKUM!

Hi all. Setelah melihat-lihat postingannya Anind di blognya, saya juga jadi pengen ngepost tentang dunia tulis menulis, menurut pandangan saya, hehehe.

Saya udah jatuh cinta pada dunia ini sejak SD. Di SD itu, saya mulai coba-coba mengetik sebuah novel. Novel yang saya ketik waktu itu, sudah sampe 3 bab loh. Tapi sayangnya, novel tersebut gagal diselamatkan sebelum komputer saya dikasihin sama orang lain. Huhu. Saya juga ingat, saya pernah menulis cerpen tak jadi dengan judul "Dua Hati yang Terkait". Ish, sumpah, judulnya norak! Ya.. maklumin aja. Itu ide anak kelas 6 SD yang beranjak ke kelas 1 SMP -_-"

Dan novel maupun cerpen saya waktu itu, selalu menggunakan karakter cowok ganteng-tinggi-pintar-pebasket. Emang, saya terpengaruh pada novel DeaLova yang baru saya baca pada zaman itu.

Sekarang, saya masih rajin menulis karya. Apalagi sejak saya menemukan website idolaciliklovers.ning.com. Disana, saya mencoba-coba menulis cerita.

Cerita pertama saya, dalam format cerbung. Judulnya "Aku, Kamu, dan Dia Itu Satu", ber genre drama. Sekarang masih ngegantung di part 11. Sumpah, saya bingung mau gimana lanjutannya -_-" <-- penulis amatiran

Cerita kedua, masih dalam format cerbung, judulnya "Nama Gue Alvin dan Gue Ganteng Banget", ber genre komedi romantis. Alhamdulillah, cerbung yang ini berhasil saya selesaikan *sujud syukur*. Terdiri atas 10 part plus special part.

Cerita ketiga, lagi-lagi dalam format cerbung, judulnya "Hai, Nama Gue Deva!", ber genre komedi romantis. Saya emang ga pintar dalam memilih judl. Liat aja, judul cerbung saya pasaran gitu -_-. Cerbung yang ini masih ngegantung di part 7, karena otak saya abis diperas buat nyari lawakan.

Cerita keempat, format cerpen. Judulnya "Kematian: Ucapanmu, Doamu". Terinspirasi dari teman saya yang baru saja menghadap Yang Kuasa. Rest in peace, friend :')

Cerita kelima, format cerpen. Judulnya "Karena Ify". Menurut saya ini kurang memuaskan sih. Tapi yasudahlah, udah jadi ini. Hehehe.

Karya-karya saya diatas, menggunakan nama-nama anak Idola Cilik. Karena syarat membuat cerita di ICL, harus pake nama mereka.

Selain cerita-cerita itu, saya masih punya beberapa plot cerita. Beberapa sudah saya ketik, dan beberapa lagi hanya saya tulis plotnya, tinggal mengembangkan saja.

NAH! Mengembangkan cerita itulah yang sulit! Kita harus pandai-pandai memilih kata, majas, dan sebagainya. Saya, yang notabene penulis amatiran, tentu saja merasa amat sangat sulit. Tapi, itulah resiko saya jikalau ingin menulis sebuah cerita. Dan saya harus menerima resiko itu.

Sekian deh cerita dari saya. Err.. abis ini saya mungkin akan mengepost cerpen-cerpen saya yang saya tulis diatas. Cerpen loh ya. Bukan cerbungnya. Tapi sebelumnya akan saya ganti namanya. Karena disini kan bersifat umum. Okay? Hehehehe.


WASSALAMUALAIKUM!


cheers,

Rahma

PKL KE TEMBILAHAN (Part 2)

Ini sambungannya hehehe.. *gapenting*

Terus, perjalanan dilanjutkan sampai penginapan. Wiw, kita udah ribut aja, siapa yang mau sekamar, dan siapa yang ntar mandi duluan. Secara badan kita udah lengket aja gitu loh. Rambut lepek lagi. Parah deh. Akhirnya saya memutuskan untuk sekamar dengan Iche, Sathia, Rani, dan Icha. Kami tergolong nekat itu sekamar berlima. Karena nginep nya di wisma bukan hotel. Ha ha miris ya --"

Tiba di penginapan, kita langsung tepar semua. Terus pada mandi satu-satu. Mulai terjadi keanehan disini. Di kamar mandi, terdengar suara-suara seperti teriakan, bunyi hewan, dan sebagainya. Kita berpendapat itu adalah suara rumah sebelah. Lalu, Sathia berkata bahwa ia mendengar suara televisi dari kamar sebelah kanan, kamarnya Ubai dkk. Kami berpikir, pastilah mereka menghidupkan tivi dengan volume kuat.

Pas kita udah selesai mandi semua, ada ketukan di pintu. Eh pas dibuka, ngga ada siapa-siapa. Kita udah mulai takut aja. Tapi tetap mencoba positive thinking dengan berpikir bahwa ketukan itu ada hasil keisengan kamar sebelah. FYI, kamar sebelah kanan dihuni oleh Ubai, Razif dan Yudha; sedangkan di sebelah kanan Ezra dkk.

Tersangka pertama adalah, kamar sebelah kanan, karena mereka sekelas dengan kami, jadi keisengan antara kami adalah hal yang biasa. Tersangka kedua, tentu kamar sebelah kiri. Kami tidak terlalu mencurigai mereka, karena mereka beda kelas dan kami juga tidak terlalu akrab. Palingan hanya Sathia yang satu SMP dengan Ezra dulunya. Kami mencoba bertanya pada Ubai dkk. Mereka menjawab "Bukan kami" dengan tampang meyakinkan. Setelah ditanya pada tersangka kedua a.k.a Ezra, dia menjawab "bukan". Kami ketakutan. Tapi akhirnya... si Ezra ngaku juga. KAMPRET! Akhirnya permainan ketuk-pintu-langsung-lari menjadi trend di wisma lantai atas.

Oh ya. Kami juga bertanya pada Ubai dkk, soal televisi yang mereka hidupkan kuat-kuat itu. Ternyata, saat Sathia mendengar itu, Ubai dkk sedang tidak ada di kamar. Mereka semua keluar. Dan televisi dimatikan. So.. suara televisi mana itu?

Malam itu kami diajak makan malam sama Bupati Tembilahan. Lumayan, makanannya enak-enak, hehehe. Tapi berhubung saya ga kuat pedas, jadi cuma makan dikit. Huhu kasiaaan deh saya. Di rumah makan ini saya dilanda heart attack, karena ada kucing yang ikutan makan di dekat kita. Aww, saya kan phobia berat sama kucing. Akhirnya teman saya menjadi tameng buat saya. Tapi tetep, saya makan ga tenang.

Habis makan, si Bupati nyanyi-nyanyi gitu bareng guru. Kita udah bosan aja, akhirnya mutusin keluar rumah makan, dimana orang-orang pada nobar bola. Waktu itu Italia versus New Zealand, kalau tidak salah. Abis dari rumah makan, kita langsung pulang ke penginapan. Dan terjadilah permainan ketuk-pintu-langsung-lari, lagi.

Oh ya, selain permainan ketuk-pintu-langsung-lari itu, ada juga permainan "Mamatut". Err.. Mamatut adalah suatu random word yang di ciptakan oleh Rani. Rani, kami panggil dengan Mamatut Bos atau Mamatut Asli. Sedangkan Ezra, kami panggil dengan Mamatut Sebelah atau Mamatut Tetangga. Kami sendiri kadang saling memanggil dengan Mamatut 1, Mamatut 2, dan seterusnya. Waw, berasa agen loh. Ah, abaikan paragraf ini.

Malam itu, Rani berencana membuat video "Alone in The School Part 5". FYI, Alone in The School adalah suatu video yang diciptakan oleh Heyder. Pertama dibuat saat latihan ED malam-malam. Dan.. emang ada kejadian aneh saat merekam itu. Rekamannya ga bisa ditonton, tapi hanya beberapa detik. Setelah itu normal kembali. Ada juga yang di-skip. Yah.. gitu deh. Balik ke Rani. Tapi ternyata si Rani udah ngantuk duluan dan.. dia tewas tertidur. Yee! Omdo mah.

Esok paginya (Senin), kami diundang ke kantor Bupati. Sejak awal, guru-guru udah mengingatkan untuk menjaga wibawa sekolah. Tapi.. sepertinya saya dan kawan-kawan ga bisa melaksanakan amanat dari guru kami tercinta. Saya dan Sathia, saat wakil dari bupati menjelaskan ini itu, malah membuat menara dari kotak makanan dan gelas aqua. Freak? Yeah.. maybe.

Setelah dadah-dadahan pada Bupati yang pergi menaiki helikopter, kami langsung menuju SMAN 1 Tembilahan. Disana kami disuguhi pentas menarik dari siswa-siswi nya. Dari SMAN 1 Tembilahan, kami melaju ke Pantai Solop. Namun sebelumnya kami harus menaiki speedboat, untuk menyeberangi lautan. Sampai di Pantai Solop, kami hanya bermain sebentar, makan siang, lalu balik lagi ke Tembilahan. Sungguh melelahkan. Kami pulang ke penginapan, dan langsung mandi.

Setelah solat Magrib, kami semua pergi ke PJ (Pasar Jongkok). Yah.. semacam pasar emperan gitu. Oh ya. Ada satu fakta yang kami temukan. Di sebelah penginapan kami, tidak ada rumah warga. Yang ada hanya lapangan kosong. So.. suara siapa dan apa yang kami dengar di kamar mandi?

Di PJ, Iche membeli jam tangan untuk adikknya, sedangkan Sathia membeli jilbab untuk ibunya. Saya? Tidak beli apa-apa. Karena saya ga bisa belanja tanpa mama saya, hohoho.

Nah, puas belanja, kami balik lagi ke penginapan. Karena besok jadwalnya kami pulang, di jalan kami singgah untuk membeli snack buat dimakan di bus. Sampailah kami di penginapan. Kami kembali bermain ketuk-pintu-langsung-lari. Dan untuk mengabadikan, kami berfoto-foto sejenak. Malam mulai larut, kami memutuskan untuk tidur.

Saya sudah menutup mata, tapi masih terjaga. Alias tidur ayam. Saya mendengar dengan jelas, Rani berkata, "Aku mau Alone in The School ah,". Lalu saya juga membuka mata sedikit, dan melihat Rani berjalan memutari kamar kami. Lalu terdengar pintu kamar dibuka. Rani keluar kamar rupanya. Nah, sejak itu, tidur saya sudah hampir pulas. Dan tiba-tiba..

DUK DUK DUK! Jendela kamar kami diketuk keras sekali. Saya terbangun. Sathia yang sudah pulas pun terbangun, ia marah-marah. "Siapa sih yang ganggu malam-malam?!". Lalu Sathia membuka pintu, dan ternyata yang mengetuk jendela tadi Rani. Rani berkata bahwa pintu kamar terkunci. Nah loh. Padahal, kami udah tidur semua. Rani keluar kamar, meninggalkan kami yang sudah hampir pulas semuanya. So.. siapa yang ngunci? Sampai, situ, saya tidur dan tak bangun-bangun sampai jam 6 pagi.

Selasa pagi. Waktunya pulang. Kami bergantian mandi. Saat itulah, Rani bercerita bahwa ia terkunci DUA KALI di luar. Dua kali? Yang saya tau hanya sekali. Rani merengut heran. Dia bercerita...

"Kemaren, aku terkunci dua kali. Pertama, pas aku keluar kamar, pas mau masuk, eh kekunci. Terus aku gedor-gedor jendela. Sathia bangun, marah-marah, terus bukain pintu. Aku masuk kamar. Aku ga dengar ada yang ngunci pintu tadi. Terus, jam 12an, aku keluar lagi. Karna ada ribut-ribut di bawah, rupanya kakak kelas pada ngasih surprise buat Kak Ulfa yang ulang tahun. Pas aku naik lagi, pintu terkunci lagi. Aku gedor-gedor pintu sama jendela, ga ada yang bukain pintu. Akhirnya Vero, Bang Awi, Gilang, sama Ejak datang. Nanya ngapain aku di luar. Aku bilang aku kekunci. Mereka bantu gedor-gedor. Terus kami liat, jendela tuh gordennya kebuka, ada Icha ngeliat keluar, tapi langsung nutup gorden lagi. Kami gedor-gedor lagi, terus pintu dibuka sama Iche. Demi Allah, aku, Vero, Bang Awi, Gilang, sama Ejak liat KALIAN SEMUA BANGUN. Icha bangun, duduk, sambil bilang "Janganlah ganggu aku" abis itu tidur lagi. Sathia bangun, garuk-garuk kepala, terus tidur lagi. Ama (Rahma, red) bangun, duduk bentar, tidur lagi. Iche, bangun bukain pintu, terus tidur di pojokan kasur, trus baru tidur di tempat semula. Aku liat semuanya BANGUN."

Waw. Asli, cerita Rani bikin kami merinding. Soalnya, TAK ADA SATUPUN dari kami yang merasa dirinya terbangun malam itu. Kalau hanya satu dua orang yang tak sadar, okelah. Ini kami semua tak sadar. Is it possible? No, i think it's not. Dan lagi, Rani bilang kami bangun dengan mata terbuka. Kalau saya pribadi, bangun dengan mata terbuka, pasti ada yang saya ingat. Tapi, tidak! Tak ada satupun yang saya ingat malam itu.

Kami bertanya pada saksi mata. Ya, mereka memang bilang kami semua terbangun. Bahkan mereka mengatai kami jahat, karena mengunci Rani di luar sendirian. Ya ampun.. kami beneran heran!

Lalu, pagi nya saat saya bangun, saya menemukan handphone saya diatas kasur Icha dan Rani, dalam keadaan menyala. Sinyalnya juga menyala. Dan dalam keadaan Low Battery. Loh? Perasaan, tadi malam, saya matikan sinyal sekaligus handphone saya, demi menjaga batrenya yang udah tinggal setengah bar. Masalahnya, colokan listrik hanya ada satu. Jadi kami nge charge hape ganti-gantian. Makanya, begitu tau hape saya udah nyaris kritis, saya matikan saja. Eh, gataunya pagi-pagi udah hidup. So.. siapa yang ngidupin?

Ah ya. Rani juga bercerita. Saat selesai mandi pertama kali, Rani memasukkan kembali sabun serta sampo nya ke dalam tas mandi, lalu ia tarok di luar kamar mandi. Esoknya, saat dia mau mandi, sabun dan sampo nya sudah terletak manis di kamar mandi. So.. siapa yang mindahin?

Setelah itu kami pulang ke Pekanbaru, berangkat sekitar jam 10 pagi. Kami singgah dulu di pabrik Koko Nako. Kami sampai di Pekanbaru sekitar jam 7 malam.

Perjalanan PKL kali ini, menyisakan pertanyaan-pertanyaan tak terjawab buat kami.

1. Suara apa dan siapa saat kami berada di kamar mandi?
2. Siapa yang mengunci Rani di luar kamar?
3. Siapa yang menghidupkan handphone saya?
4. Siapa yang mindahin sabun dan sampo Rani?

PKL kali ini, menambah pengalaman kami.

Oh ya, saya lupa. Kamar kami, Kamar 22, menang dalam kategori kamar terbersih loh! Hehehe.

Udahan deh. Capek ngetik. Sori kalo ga jelas ya..

WASSALAMUALAIKUM!


cheers,

Rahma

Tuesday, June 29, 2010

PKL KE TEMBILAHAN (Part 1)

ASSALAMUALAIKUM!!

saya pengen berbagi cerita seputar PKL (Praktek Kerja Lapangan) ke Tembilahan. Yah, sebenarnya ini diwajibkan bagi yang kelas 11, tapi entah mengapa banyak juga yang ga ikut. Anak kelas 10 boleh ikutan juga, tapi banyak juga yang ga ikut. Alasannya sih, masalah biaya. Memang rada mahal sih. Tapi selagi ayah saya mau bayarin, dan temen saya ada yang ikut, why not?

Anak TdC yang ikut sedikit sih. Cuma saya, Sathia, Iche, Rani, Vero, Utik, Embun, Icha, Doli, Ejak, Ubai, Yudha, Razif, Gilang.... siapa lagi ya? Doh, saya lupa. Yah segitulah. Sepertiga kelas cuma. Kami naik bus besar, gabung dengan kelas lain. Tapi ada satu penyusup dari kelas lain, yaitu Bang Awi, yang harusnya di Bus 3 malah nyasar ke Bus 1. Yaiyalaaah, nemenin Verooo ;)

Perjalanan di mulai jam sepuluh malam hari Sabtu dari SMAN 1. Harusnya sih jam 8. Tapi guru-guru pada ngaret gitu loh, jadilah pergi nya jam 10. Awal-awal perjalanan, masih happy happy aja. Belum pada tepar. Karna ga ada yang bisa dikerjakan, akhirnya saya tidur aja. Sekitar jam 12an, saya bangun karena merasa bus oleng kesana kemari. EALAH rupanya si abang supir nyetir ngebut banget! Ya ampun, saya sport jantung! Soalnya, jalan yang ditempuh itu kecil, dan lagi saat itu sedang hujan. Dan si abang supir NGEBUT! Yeah, NGEBUT! Paraaaaaaaah.. sejak itu tidur saya ga nyenyak deeh..

Terus.. kami sampai di sebuah rumah makan sekitar jam 3an. Walah, saya pikir berhenti sebentar aja buat ke wc. Gataunya? Nginep di bus! Parah! Cacaaat! Satu bus mengutuk si abang supir. Kata kakak yang jadi guide bus kami, Kak Iyut, sebenarnya jadwal nyampe ke rumah makan ini jam 5an. Tapi bisa disingkat sampe jam 3. Parah ya si abang supir?!

Akhirnya satu bus tepar jam 3 itu, dan saya bangun sekitar jam 5. Rupanya teman saya si Iche juga udah bangun. Kami berdua pergi ke WC yang ada di samping rumah makan itu. WC nya.. parah. Oh God. Cobaan banget ini mah. Air WC itu bikin gatel. Pas kembali ke bus, kami nanya sama Kak Iyut, ntar mandi dimana. Kata Kak Iyut, mandi di sini aja. Waw, mata saya dan Iche langsung membuesar. Gila aja! Pake air itu? Euuuuhh.. trus kata Kak Iyut, ga mandi juga gapapa. Kan ntar nyampe penginapan langsung mandi.

Saya dan Iche berpikir, mandi ngga ya. The problem is, we get the 'M'. Ga mungkin dong kita ga mandi? Err.. tapi mengingat airnya kaya gitu.. males juga. Akhirnya kita putusin buat ga mandi. Cuma cuci muka, gosok gigi, dan mengganti 'itu'.

Perjalanan lanjut ke Makam Sultan Indragiri. Wiw, makamnya panjang banget gan, sekitar 17 meteran. Terus katanya itu baru setengah. Wow, orang zaman dulu gede-gede ya..

Perjalanan dilanjutkan. Tujuan selanjutnya adalah Pabrik Koko Nako, sejenis nata de coco gitu deh. Sebenernya yang ini melenceng dari jadwal. Tapi.. ya apa mau dikata. Parampaa enak mainnya (?). Ralat, apa mau dikata, kita kan ngikutin kemana bus pergi.

Saya ikut rombongan masuk ke pabrik itu. Kita dijelasin langkah-langkah pembuatan nata de coco, minyak kelapa, dan tepung kelapa. Terus kita diajak masuk ke pabriknya. Tapi waktu itu lagi ga beroperasi. Jadi ga seru deeeeh.

karena kepanjangan.. bersambung ke part 2 deeeeeeeh... jangan lewatkan part 2 nya, karena bakal ada yang serem-serem, hohoho..

WASSALAMUALAIKUM!

cheers,

Rahma

Monday, June 28, 2010

GERMANY - ENGLAND | 4 - 1

Assalamualaikum!

Halooo, sesuai kata saya tadi, saya nulis blog yang baru lagiii...

Oke, kali ini tentang pertandingan bola antara Jerman dan Inggris, yang dimenangkan oleh Jerman, dengan skor 4-1.

Sebenarnya, sejak awal, saya itu mendukung penuh 4 tim: Jerman, Inggris, Argentina, Spanyol. Tapi yang benar-benar saya dukung sepenuuuuuuuuuuuh hati, ya JERMAN. Saya emang udah cinta sama Jerman dari dulu, dan cintaaaaaa sekali pada Miroslav Klose. He plays soccer very well and he has a handsome face too, hoho. Yah, saya kan normal, sukanya sama yang ganteng ganteng dooong.

Lanjut. Jadi.. saya benar-benar bingung mau dukung yang mana. Akhirnya, dengan berat hati, saya setia dengan Jerman.

Pertandingan awal, as usually, not too hot. Masih adem ayem aja. Dan, klimaks mulai naik saat Klose mencetak gol di menit ke 20. Waw, saya langsung teriak dan langsung nge-tweet deh. Ehe, anak jaman sekarang..

Sejak gol pertama, mata saya madep tivi mulu. Dan akhirnya, di menit ke 32, Lukas Podolski mencetak gol kedua untuk Jerman. Lagi, saya histeris. Lagi, saya nge-tweet.

Lalu, di menit ke 37, Matthew Upson dari Inggris mencetak satu angka. Saya turut senang juga loh, seriusan deh. Terus di menit ke 38, Frank Lampard menendang bola, dan bolanya mantul sampai tiang. Nah, disini saya emosi. EMOSI BERAT.

Jelas banget di kamera, bola nya itu lewatin garis, tapi malah dibilang ga gol. Lampard juga udah teriak-teriak senang, dan dalam sekejap teriakan senangnya berganti menjadi teriakan marah. Woo, saya juga histerisan marah di rumah! Ga terima dong! Saya kan juga suporter nya Inggris! Beneran deh, hakim garis buta banget matanya. Bola nya udah lewat garis gitu loh, dibilang ga sah! Sampai-sampai, malam itu "Wasit Goblog" jadi Trending Topic di Twitter. Memang parah. Jujur aja, saya kasiaaaaaan sekali melihat wajah Lampard. Wajah senang yang sejurus kemudian berganti menjadi wajah marah dan sedih. Huhu, sabar yah Akang Lampard tayang..

Lanjut. Babak pertama berakhir dengan 2-1, yang unggul di Jerman. 2-1? Harusnya 2-2!! <-- masih emosi.

Terus, di babak kedua, Thomas Mueller mencetak gol di menit ke 67 dan 70. Hasilnya bertahan sampai habis. 4-1. Harusnya 4-2!! <-- masih emosi.

Adik saya bilang, seandainya gol yang kedua itu disahkan, belum tentu Jerman yang menang. Saya pikir, benar juga. Bisa jadi Inggris menjadi down gara-gara hal itu. Saya beberapa kali melihat wajah Lampard yang di close-up, dan memang, jelas sekali wajahnya kecewa dan down.

Lalu ada juga yang bilang, kejadian itu adalah karma dari World Cup tahun 1966, dimana bola Inggris yang saat itu TIDAK melewati garis, dinyatakan sah. Yah, tahun ini kebalikannya.

Di pertandingan ini, saya jatuh cinta pada permainannya Klose (as always), Podolski, Mueller, Lampard, Gerrard, Neuer, dan Oezil.

Klose, saya memang fans dia dari dulu, dan permainannya di pertandingan ini cemerlang sekali.

Podolski, tidak ada julukan "dodolski" seperti saat pertandingan Jerman - Serbia beberapa hari lalu. Podolski bermain asik sekali.

Mueller, cinta karena gol nya saja sih, hahahaha :D

Lampard, dari dulu saya suka sama Lampard, dan walau dia agak "mandul" di pertandingan kali ini, tapi teteup, saya suka permainannya.

Gerrard, alasan saya sama seperti Lampard, hanya saja Gerrard terlihat lebih stabil, apalagi dialah yang mengumpan kepada Upson dan akhirnya menghasilkan gol (sepenglihatan saya).

Manuel Neuer (Germany's Keeper), seriusan, saya cinta sekali pada kegesitannya menangkap bola dari Inggris. Dia termasuk dalam bintang Jerman malam itu!

Lalu, Mesut Oezil. Saya sejak pertandingan Jerman versus Serbia, sudah melihat ketangkasan anak satu ini. Wajahnya juga cute sekali. Sejak itu, saya nge fans sama dia, tapi saya ga tau namanya. Akhirnya, saat saya googling, voila! Dialah Mesut Oezil! Pemain Jerman berdarah Turki. Pantas saja wajahnya berbeda dari orang Jerman yang lain. Permainannya di laga ini mantap sekali. Dialah yang memberikan umpan pada Mueller di menit ke 70, hingga gol.

Yah, intinya, saya senaaaaaaaaang sekali Jerman menang, apalagi dengan skor yang jauh bedanya. Tapi, saya juga sedih melihat Inggris harus pulang.

Mengutip kata-kata saya di Twitter: "England, even you lost for this match, you're still the best for your supporter"

Yak, Inggris masih menjadi yang terbaik untuk para suporternya.

Sekian deh cerita saya. It has been late nite. Good late nite, everyone :)



cheers,

Rahma